Sabtu, 07 Januari 2012

HUTAN MANGROVE

HUTAN MANGROVE

Pohon Mangrove

Definisi Hutan Mangrove

Hutan Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.

Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.

Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).

Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya.

Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.

Hutan-hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Ciri-Ciri Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.

Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.

Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
• memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
• memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
• memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
• memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
• tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
• tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
• daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
• airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 – 22 o/oo) hingga asin.

Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Secara fisik hutan mangrove berfungsi dan bermanfaat sebagai : penahan abrasi pantai; penahan intrusi (peresapan) air laut; penahan angin; menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai. Secara Biologi hutan mangrove berfungsi dan bermanfaat sebagai : tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan udang); sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem; tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung.

Dilihat dari fungsi dan manfaat sosial dan ekonomi, hutan mangrove juga berfungsi dan bermanfaat sebagai : tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian); penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah; penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit; penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain); tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap dan gula nipah.

Sedangkan menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
6. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
7. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
8. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
9. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
10. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
11. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
12. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
13. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Fungsi%20dan%20Peranan%20Hutan%20Bakau%20%28Mangrove%29%20dalam%20Ekosistem,%20Jaga%20Kelestarian%20Ekosistem%20Hutan%20Bakau%20Bangka%20Belitung&&nomorurut_artikel=268

http://fertobhades.wordpress.com/2007/10/15/selamatkan-mangrove/

http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm

http://www.jakmangrove.org/what_is_mangrove.html

http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia
KELOMPOK 11 “Ekosistem Aquatik”
Presentasi ini dijelaskan oleh Dika, Pranoto, Dina, dan Ilmin. Dalam presentasi ini secara keseluruhan menjelaskan tentang Ekosistem pada mangrove, ekosistem pada terumbu karang, hutan pantai, rawa, ekosistem air tawar, ekosistem pantai, estuaria, ekosistem laut, bentos dan faktor pembatasnya.
Pada sesi tanya jawab ada tiga pertanyaan yang muncul yaitu dari Neni  Lusiana, Hendi Desniko, dan Susan Aminah. Pertanyaan yang pertama yaitu mengenai apabila kita membuat kolam dan kita isi dengan air dan tanah, apakah itu termasuk ekosistem aquatic?, pertanyaan yang kedua tentang hutan mana saja yang mempunyai Hutan mangrove di Indonesia?, dan pertanyaan yang terakhir mengenai penyusun karang yang terdiri dari alga dan hewan, dan jelaskan apa saja spesies yang menyusunnya?
Adapun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut pertama dijawab oleh saudari Dika Wiwit yaitu tentang  termasuk dalam ekosistem aquatik tetapi kolam itu merupakan eksistem aquatik buatan. Jawaban kedua yaitu dijawab oleh saudara Pranoto Sakti daerah yang banyak ditumbuhi hutan mangrove antara ain di Sendang Biru Malang Selatan, Madura, dan didaerah Banyuwangi. Jawaban terakhir yaitu  Jawabannya adalah karang yang disusun atas alga pada spesies Zooxantelae dan Hewan yang ikut menyusun karang yaitu Anthozoa.
Pada presentasi kali ini dapat menambah pengetahuan saya tentang ekosistem aquatic khususnya tentang terumbu karang yang berada didalam lautan, tumbuhan mangrove, serta faktor-faktor pembatasnya. Dengan begitu membuat kita dapat menjaga ekosistem aquatic yang ada disekitar kita dengan tidak mencemari, merusak, dan menjaga kelestariannya.
KELOMPOK 12 “Suksesi”
Kelompok 12 ini merupakan kelompok terakhir dari kelompok ekologi tumbuhan yang diajar oleh Bpk. Husamah. Presentasi ini disamapikan olehDwi Septi, Chasan, Retno, dan Ubaidillah. Secara umum kelompok kami menjelaskan tentang apa itu suksesi, jenis-jenis dari suksesi, mekanisme suksesi itu sendiri, keseimbangan dalam proses suksesi, dan faktor- faktor pendukung yang berpengaruh terhadap suksesi.suksesi sendiri adalah suatu prose perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Jenis suksesi ada dua yaitu suksesi primer yang terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas hilang secara total. Dan juga ada suksesi sekunder yang mana kerusakannya tidak bersifat total sehingga masih ada kehidupan.
 Pada sesi pertanyaan yang muncul dari Ilham mengenai proses terjadinya suksesi pada suksesi sekunder dan bagaimana mengenai komunitas klimaks, dan jawaban di jelaskan oleh Dwi septi yaitu mekanismenya suatu biji terbawa oleh angin maupun hewan, ataupun makhluk hidup lainnya, apabila faktor- faktor pendukungnya dapat mempercepat pertumbuhan biji tersebut pada area yang akan mengalami suksesi, dan adanya nutrien pada media tumbuh memadai maka biji tersebut akan tumbuh menjadi perdu, dan apabila kondisi lingkungan mendukung akan tumbuh menjadi pohon-pohon dan berkembangbiak. Dan kominitas klimak yang dijelaskan oleh Chasan bahwa komunitas kliamak tersebut merupakan titik puncak yang tidak dapat berubah yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya.
ini adalah diskusi terakhir ekologi tumbuhan,semoga ilmu yang telah kita dapatkan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita kelak. kepada dosen pengajar Bpk.Husamah kami mohon maaf bila ada kesalahan yang sekiranya tidak kami ketahui. Dan terima kasih atas semua kesabaran dan ilmu yang bpk berikan pada kami.

Refleksi Kelompok 8 dan 9

Presentasi Kelompok 8
Presentasi ini disampaikan oleh teman saya Hatta, Rita, Ella, dan mb.Dista. Diskusi kali ini membahas tentang metode analisis vegetasi...
Komunitas sendiri dapat diartikan sebagai sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
metode analisis vegetasi yang mencangkup tentang analisis vegetasi, teknik pencuplikan, mengenal macam-macam peta vegetasi, membuat kurva luas minimum, serta menghitung kerapatan, frekuensi, penutupan (coverage), dominasi dan indeks nilai penting. metode analisis vegetasi ada 3,yaitu metode destruktif, metode florostika, dan metode non florostika.
Pada pejelasan kelompok 8 mengenai metode analisis vegetasi timbul berbagai pertanyaan,yaitu:
1. Dari saudari Susan Amina, bertanya mengenai "Metode apa yang menurut kelompok 8 itu yang paling efisien untuk digunakan?"
2. Phriska menanyakan tentang perbedaan hutan primer dan hutan sekunder??
3. Dari saudari Fitri merasa kurang paham dikarenakan anak-anak di kelas pada berlangsungnya diskusi ramai sehingga saya tidak mengerti.
Adapun jawan dari pertanyaan tadi,,yang pertama ialah metode yang paling efisien untuk digunakan yaitu metode non florostika,dikarenakan menggambarkan kerapatan suatu vegetasi, luas penutupan suatu populasi,penyebaran dari populasi suatu kawasan atau frekuensi. jawaban dari pertanyaan yang kedua ialah yaitu hutan primer adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan cirri structural tertentu yang sesuai dengan pematangannya sehingga dengan demikian memiliki sifat-sifat ekologi yang murni. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau dirusak.

Kelompok 9 mengenai "Ekosistem"
Dalam diskusi pada pembahasaan Ekosistem ini, dipresentasikan oleh teman saya Martha, Linata, Lita, dan Wanti.
Presentasi ini membahas tentang ekosistem yang mencangkup pngertian dari ekosistem, sistem terbuka dan tertutup, steady state, struktur dan komponen ekosistem, aliran energi, siklus biogeokimia, produktivitas dan daya dukung, proses-proses dasar dalam produktivitas primer, metode penentuan produktivitas primer, dan produktivitas berbagai ekosistem. Ekosistem itu sendiri ialah hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Komponen abiotik itu meliputi udara, suhu, air, tanah, mineral, pH. Sedangkan komponen biotik ialah semua komponen makhluk hidup yang berada di bumi ini. Adapun tingkatan dari ekosiistem itu sendiri meliputi: produsen, konsumen, dan pengurai. Aliran energi dimulai dari cahaya matahari lalu organ autotrof lalu konsumen lau pengurai lalu yang terakhir yaitu produsen.
Setlah penjelasan kelompok ini,banyak pertanyaan yang timbul dari diskusi kelompok 9 yang pertama ditanyakan oleh saudari Veni menyakan penjelasan tentang produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih? dan saudara Hattahin mengenai energi dalam proses fotosintesis sebagai rumus yang benar itu bagaimana?
jawaban pertama di sampaikan oleh Wanti yang menyatakan produktifitas primer bersih merupakan sisa energi produktifitas primer kotor yang baru disimpan, sedangkan produktifitas primer kotor yaitu bahan organik yang dihasilkan fotosintesis organsme autotrop. dan jawaban kedua di jawab oleh Linata yaitu oleh Linata “ sebenarnya rumus tersebut sama saja karena C6H12O6 merupakan suatu energi.

Kedua kelompok ini menurut saya sudah cukup baik dalam menjelaskan masing-masing materi presentasinya, hanya saja kondisi pada saat presentasi mungkin kurang maksimal dikarenakan ruangan yang kurang memadai sehingga kurang lebih 80% mahasiswax yang benar-benar memperhatikan presentasi dari kelompok 8 dan kelompok 9.

Senin, 02 Januari 2012

Refleksi kelompok 7

Pada bahasan kelompok ini saya, atia, dan lysa adalah pemateri diskusi ini yang menjelaskan mengenai "KOMUNITAS TUMBUHAN (VEGETASI)"
Dari semua penjelasan yang telah kelompok kami sampaikan timbul beberapa pertanyaan mengenai:
1. Konsep dasar dari asosiasi, ecoton dll.berikan penjelasan yang konkrit dan contohnya dari saudari nani kusmiati
2. apa yang di maksud dengan hubungan yang erat dan kurang erat tersebut dari saudari martha nur
Kelompok kami telah menjawab semua pertanyaan tsb, hanya saja saya sendiri kurang memahami tentang asosiasi dan ecoton tsb sehingga timbul banyak sanggahan dari saudara hattain,ilham,dan hendi. Sebenarnya sya tahu dari maksud asosiasi dan ecoton, hanya saja dalam menyampaikan melalui kata-kata saya kurang menguasai. Sedangkan pada pertanyaan yang kedua telah djelaskan bahwa interaksi yang bersifat erat yaitu interaksi yang dapat menimbulkan keuntungan pada salah satu atau kedua belah organisme tersebut. contohnya predator, hubungan antara predator dengan mangsanya. interaksi antar organisme yang kurang erat yaitu interaksi yang bersifat tidak menguntungkan kedua belah pihak contohnya yaitu Netral.
Untuk itu kami harap maklum adanya mengenai presentasi kelpok kami. dan kami memohon bantuan kepada bapak Husamah agar membagi sedikit ilmunya mengenai hal yang kurang saya pahami tsb.

Refleksi Kelompok 6

Pada presentasi kelompok 6 dijelaskan oleh teman saya yang bernama, berlian pratama, siti sholikah, risa lilies dan fitri. mengenai bahasan tentang Populasi.
Populasi merupakan kumpulan individu dari suatu jenis organisme,baik yang hidup atau pun benda tak hidup. Karakteristik populasi sendiri yaitu;
a. Kerapatan ukuran besar populasi berhubungan dengan satuan ruang (area)
b. Natalitas ialah kemampuan populasi untuk bertambah atau meningkatkan jumlah melalui baru yang telah dilahirkan.
c. Motalitas yaitu kematian individu dalam populasi
Pertumbuhan eksponsial, Pertumbuhan sigmoid dan Fluktuasi populasi.selain itu juga menerangkan tentang penyebaran populasi Jenis endemic dan kosmopolit dimana faktor yang mempengaruhi persebaran jenis endemik dan kosmopolit.
Dari penjelasan kelompok ini timbul berbagai pertanyaan yaitu: pertama,tentang hal apa yang mempengaruhi pertumbuhan eksponensial dalam membentuk huruf C pada grafik seperti gambar pada slide serta jelaskan faktor-faktornya?? ; kedua, potensi biotik dan penyebaran umur itu apa termasuk dalam karakteristikpopulasi??
Dari pertanyaan tersbut yang belum saya pahami tentang pertanyaan yang pertama tadi. dikarenakan kondisi kelas yang ramai dan tidak nyaman.

Refleksi kelompok 5

Pada kelompok ini bahasannya tentang "Abiotik dan Biotik namun pada kelompok membahas tentang faktor edafik (tanah) topografi dan faktor lingkungan biotik dan interaksinya". Diskusi kelompok 5 (Ilham Budi, Susan Aminah, Neni Lusiana dan Qurrhata A’yun).
Tanah merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup dan merupakan campuran unsur organik. Struktur tanah sendiri ialaah granular, gumpal, prisma, tiang, lempeng, dan remah. struktur tanah yang terdiri dari bobot isi tanah, warna tanah dan konsentrasi tanah (basah dan kering). Kandungan tanah yang diterangak oleh kelompok ini mengenai kandungan organik yang terdiri dari, pH tanah, kandungan organik,nitrogen (berfungsi untuk pembentukan klorofil), kalium (terbentuk dari pelapukan batuan), natrium, magnesium (membantu terhadap pengguguran daun). Organisme dalam tanah, prfil tanah serta topografi. pada diskusi ini timbul beberapa pertanyaan dari para audience yaitu:
1. Apakah kandungan tiap horizon tanah memiliki senyawa yang sama???
2. Mengapa mikroorganisme semakin masuk ke tanah semakin tidak berkurang jumlahnya??
kemudian para pemateri telah mampu menjelaskan tentang hal apa saja yang telah ditanyakan tsb. akan tetapi saya masih belum mengerti mengenai profil tanah dsb...saya ingin langsung bapak husamah yang menjelaskannya.

Artikel mengenai Profil Tanah
Categorized | IPS, Pendidikan
Profil Tanah

Posted on 27 December 2011.

Interaksi faktor dan proses pedogenesis akan menghasilkan sifat-sifat tanah yang dicerminkan dalam bentuk horizon dan saling tindak antarhorizon di dalam profil yang tampak setelah dilakukan penggalian secara vertikal.

1. Sifat Tanah

Istilah sifat tanah digunakan untuk menjembatani beberapa konsep yang mempunyai persamaan arti, misalnya karakter, karakteristik, kenampakan, dan laksana.

Sifat pedogenesis adalah total semua sifat tanah yang dapat diamati dalam pedon. Sifat ini dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan proses pedogenesis dan faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni sebagai berikut.

a. Litogenik: sifat ash bahan induk yang dimodifikasi melalui pelapukan dan neoformasi mineral. Contoh: komposisi mineral, distribusi ukuran partikel, karakteristik struktur, dan warna yang ditentukan oleh kom-posisi batuan.

b Climatogenik: pengaruh iklim (terutama proses pengangkutan bahan tanah). Contoh: pengayaan atau pemiskinan horizon.

c. Fitogenik: sifat komponen organik tanah yang berasal dan komposisi bahan organik sebagai bahan induk tanah dan hasil proses dekomposisi dan humifikasi. Contoh: kandungan humus dan bentuk humus.

d.Hidrogenik: sifat tanah yang terbentuk akibat proses redoks dan difusi di dalam tanah yang mempunyai pengatusan terhambat atau dipengaruhi oleh tinggi air tanah. Contoh: warna gleisasi dan terbentuknya bercak tanah.

e.Antropogenik: kenampakan yang terbentuk akibat aktivitas manusia. Contoh: terbentuknya lapisan olah, cadas olah, percampuran, dan kandungan hara tinggi akibat pemupukan.

Sistem klasifikasi sifat tanah tersebut di atas bermanfaat dalam pengem-bangan sistem klasifikasi morfogenetik.

2. Deskripsi Tanah

a. Teknik Deskripsi Tanah

Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang kurang Iebih seragam di dalam profit, batas antarhorizon yang bertetangga sejajar atau hampir sejajar terhadap permukaan tanah. Horizon tanah dapat dibedakan secara visual dan baths perubahan dan horizon yang satu ke yang lain, terutama tanah-tanah di wilayah tropika basah cenderung kabur atau tidak jelas.

Deskripsi tanah secara sistematik adalah telcnik yang digunakan dalam survei dan pemetaan tanah sehingga satuan tanah dapat dibedakan dan di¬inventarisasi. Deskripsi tanah penting untuk menyiapkan legenda peta dan sistem klasifikasi tanah. Biasanya, diperlukan beberapa deskripsi tanah untuk mengompilasi deskripsi wakil dan satuan peta.

Deskripsi tanah dan survei tanah harus dikombinasikan dengan hasil analisis tanah untuk sampai pada karakterisasi tanah yang baik dan interpretasi secara terperinci. Karakterisasi kimiawi, fisik, mineralogi, dan mikro morfologi tidak dapat dilaksanakan di lapangan, walaupun hasil karakterisasi tersebut sering kali mempunyai korelasi dengan pengamatan makromorfologi di lapangan.

Deskripsi tanah merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk memerikan horizon dan proses pembentukan profit secara sistematis. Deskripsi tanah termasuk deskripsi profit dan deskripsi kondisi permukaan. Keadaan permukaan yang umum diperikan adalah kondisi geologi, geomorfologi, iklim, vegetasi, hidrologi, penggunaan lahan untuk loka dan di sekeliling

profil. Karena deskripsi dilakukan secara simultan maka terjadi tumpangtindih antara pengumpulan data untuk survei sumber daya tanah dan survei sumber daya lahan.

Deskripsi profil dan keadaan permukaan lahan diperlukan untuk interpretasi horizon sebagai proses pedogenesis atau lapisan yang belum meng-alami proses pembentukan tanah, tetapi sebagai hasil proses geologi.

Deskripsi yang dilaksanakan harus menggunakan model yang baku untuk memudahkan dalam pembandingan tanah dan lokasi yang berbeda. Ada beberapa variasi dalam metodologi deskripsi profil yang berkembang di banyak negara kemungkinan karena ide pakar pedologi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat, di samping mengikuti sistem klasifikasi yang digunakan. Tujuan deskripsi kemungkinan juga dipengaruhi oleh karakteristik tanah tertentu, terutama apabila ditambah dengan hasil pengukuran laboratorium. Banyak horizon diagnostik (USDA, 1992) yang persyaratannya memerlukan hasil pengukuran laboratorium (kejenuhan basa, translokasi lempung, dan lain-lain).

b. Nomenklatur Horizon Tanah

Simbol-simbol yang digunakan sebagai notasi horizon adalah sebagai berikut.

Huruf kapital H, 0, A, E, B, C, dan R merupakan notasi horizon utama atau horizon yang dominan yang berkembang dari bahan induk. Tepatnya, C dan R bukan sebagai “horizon” tetapi sebagai “lapisan” karena karakteristiknya tidak dihasilkan melalui proses pembentukan tanah. Di bawah ini adalah daftar horizon utama sebagai elemen utama profil tanah. Kombinasi huruf kapital merupakan horizon transisi.

Huruf kecil digunakan sebagai tambahan notasi horizon utama yang menyatakan keistimewaan atau ciri khusus yang dimiliki oleh horizon utama. Huruf kecil ditulis setelah huruf besar. Dua huruf kecil menun-jukkan dua ciri yang terjadi dalam satu horizon.

Angka arab digunakan sebagai tambahan pembagian horizon utama. Untuk horizon utama A dan B, tambahan angka arab selalu diikuti oleh simbol huruf kecil. Angka arab digunakan juga sebagai tambahan simbol apabila terjadi diskontinuitas batuan (lithologic discontinuities).

Simbol notasi horizon dan lapisan tanah terdapat perbedaan antara Supplement to the Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1962) dan Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1981). Berikut ini notasi horizon terbaru.

1. Horizon atau lapisan 0, yakni lapisan tanah yang didominasi oleh bahan organik. Dalam beberapa kasus lapisan tanah tersebut dijenuhi air dalam waktu yang relatif lama atau pernah jenuh air kemudian dilakukan pengatusan buatan; yang lain tidak pernah dijenuhi air.
2. Horizon A, yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah horizon 0 yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur ash batuan. Pada horizon A mungkin terjadi akumulasi humifikasi bahan organik yang bercampur dengan bahan mineral dan tidak dipengaruhi sama sekali oleh karakteristik horizon E atau B. Sifat yang dimiliki merupakan hasil kegiatan pertanian atau kegiatan lain yang merusak.
3. Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik khusus telah terjadi kehilangan lempung silikat, besi, aluminium, atau kombina¬sinya, dan yang tinggal merupakan akumulasi debu atau pasir. Hori¬zon tanah ini menunjukkan terjadinya kehilangan sebagian atau kese¬luruhan struktur ash batuan.
4. Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon A, E, atau 0 dan didominasi oleh kehilangan sebagian atau keseluruhan struk¬tur ash batuan dan menunjukkan satu atau lebih karakteristik berikut ini:

* iluviasi lempung silikat, besi, aluminium, humus, karbonat, gip-sum, atau silika masing-masing secara murni atau kombinasi;
* tampak nyata kehilangan karbonat;
* konsentrasi residu silika;
* kutan seskuioksida yang menghasilkan horizon mempunyai warna value rendah, warna chroma tinggi, atau memiliki hue lebih merah daripada horizon di bawah atau di atasnya tanpa menunjukkan adanya iluviasi besi;
* alterasi yang membentuk lempung silikat atau melepaskan oksida atau keduanya dan terbentuk struktur granuler, gumpal atau prisma¬tik apabila perubahan volume diikuti perubahan kandungan lengas;

http://www.artikelsahabat.com/profil-tanah.html